Selasa, 07 Juni 2016

Cinta dan Kasih Nyatanya Tak Abadi


Duduk diam di atas kursi goyang
Senyap. Menatap muram merumunan ilalang
Secarik kertas ku raih dari meja tua
Ku genggam erat, namun penuh pilu
Katamu ini puisi terakhirmu,
dan berkata “ aku tak akan pernah menulis untukmu"




Hai angin penggoda, yang sulit aku genggam
Harus dengan apa kecewa ini aku redam?
Pada deretan anak sapi di pematang?
Atau penjaja gulali di jalan pulang?

Kau yang buat aku melambung dengan syairmu
Kau yang mampu meninggikanku lewat sajakmu
Tapi kau juga yang kecewakan aku hanya karena baitmu itu

Biar saja purnama tak sempurna
Abaikan saja temaram cahaya pelita
Karena percuma segalanya
Cinta dan kasih nyatanya tak abadi
Persis seperti ceruk laut yang kau singgahi
Dia, perlahan akan berubah mengikis, hilang lalu punah

(By: Olav)

0 komentar:

Posting Komentar